Problematika
Tantangan global yang berlangsung hingga saat ini memperlihatkan bahwa krisis global telah merambah ke segala bidang di dunia internasional. Sebab, dalam percaturan internasional tersebut tak ada yang bisa menghindar atau mengelakkan diri. Pengaruh yang datang tak lagi bisa dibendung, mengalir deras tanpa tapal batas. Dalam kaitan itu, Munandar (2002), Poernomo dan Bernadette (2008) mengemukakan bahwa hidup kreatif telah menjadi tema sentral dalam sistem global yang berlangsung saat ini, sebab memang saat ini sumber daya yang kreatif dituntut harus bisa menghasilkan karya-karya yang kreatif dalam menjawab tantangan global dan daya saing yang semakin tinggi (competitive advantage). Sehingga dalam mengantisipasi hal tersebut sangat dibutuhkan semangat kreativitas dalam membangun suatu bangsa.
Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu – terutama bagi pembangunan suatu bangsa dan negara – dalam menghadapi dan menanggapi persaingan global. Oleh sebab itu Sudarminta (2000) dan Munandar (2002) telah mengemukakan bahwa kemajuan suatu kebudayaan dan perkembangan pendidikan masa depan suatu bangsa tergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, dan hal ini berkaitan erat dengan bagaimana menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan tanggap terhadap tantangan era globalisasi.
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan anak didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan peribadinya dan kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan bertanggungjawab untuk memandu (mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (mengembangkan dan meningkatkan) potensi yang dimiliki.
Namun, pada faktanya hingga saat ini problematika pendidikan di bangsa kita secara umum dan dalam perguruan tinggi secara khusus masih memperlihatkan masalah yang sama, bahkan semakin berat. Salah satu bentuk keprihatinan yang masih menjadi bayang-bayang dalam masyarakat kita adalah semakin meningkatnya jumlah pengangguran yang dihasilkan oleh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Tentunya perlu upaya serius dan berkelanjutan (sustainable) dalam mengatasi kondisi tersebut, dan mau tidak mau GMKI juga harus tetap berusaha memberikan solusi dalam melakukan perannya sebagai bagian dari perguruan tinggi. Sebab tidak mungkin GMKI bisa menjadi solusi bagi lingkungan sekitarnya, jika lingkungannya tidak merasakan arti kehadirannya.
Peta Kebutuhan dan Harapan Mahasiswa
Ada banyak problematika yang menunjukkan bahwa langkah-langkah pembaharuan organisasi kadang tidak sesuai dan tidak saling terintegrasi satu sama lain. Selain itu juga tidak mengacu pada suatu visi empiris serta strategi yang jelas. Implikasinya adalah organisasi berjalan dalam arah yang beragam sehingga menyulitkan pencapaian tujuan organisasi, serta akhirnya justru semakin memperburuk posisi bersaing organisasi. Kejadian seperti inilah yang ingin dihindari, sehingga tidak dialami oleh GMKI. Sehingga, perlu peran kongkret yang harus dilakukan oleh organisasi dalam menjawab tantangan dan problematika yang terjadi.
Sebelum organisasi melakukan upaya yang benar-benar berdaya guna dalam memperkokoh komitmennya bagi perguruan tinggi, maka organisasi juga harus melakukan analisa dan pemetaan secara menyeluruh (holistik) terhadap kondisi yang terjadi, baik secara internal maupun eksternal. Hal tersebut sangat perlu dilakukan mengingat perubahan yang sangat cepat terjadi secara terus menurus.
A. Persoalan di sekitar Mutu Lulusan dan Proses Belajar.
Dalam kerangka ini, kebutuhan dan harapan utama mahasiswa umumnya terfokus pada:
1. Bagaimana mendapatkan pendidikan yang memenuhi standar mutu (kualitas).
2. Ditempuh tanpa mengalami banyak hambatan (efektif dan efisien dari segi waktu, materi dan metode); serta
3. Dilaksanakan dalam suatu lingkungan yang menumbuhkan semangat belajar dan mendukung pengembangan potensi pribadi.
Dalam suasana pendidikan di Indonesia saat ini, pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan problematika perguruan tinggi, yang lingkupnya tidak hanya terbatas sebagai persoalan perguruan tinggi yang bersangkutan, namun merupakan persoalan sistem pendidikan tinggi secara nasional. Sejumlah persoalan yang dihadapi adalah:
1. Kesiapan mahasiswa dalam menjalani proses belajar-mengajar. Akar persoalannya terletak pada manajemen waktu serta motivasi untuk menyadari pentingnya pendidikam yang berkualitas dan up-to-date.
2. Kualifikasi tenaga pengajar (dosen), dan kecakapan serta kreativitas dosen dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
3. Beban kurikulum yang padat dengan muatan keilmuan, namun kurang aplikatif dalam praksisnya. Sehingga, belum terdapat relevansi muatan kurikulum dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara nasional bahkan global, dan mempengaruhi kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan dalam masyarakat.
4. Kukurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pengajaran dalam mendapatkan pengajaran dan melakukan penelitian berkualitas. Misalnya, aktivitas pengajaran tidak dilengkapi dengan keseimbangan aktivitas penelitian (research), dukungan laboratorium, serta alat dan bahan lengkap yang sesuai dengan perkembangan teknologi; dalam hal ini fasilitas free hotspot untuk akses internet di kampus.
B. Persoalan di sekitar Penyaluran Aspirasi, Peran Sosial-Politik, Pengembangan Minat Dan Potensi Mahasiswa, serta Lembaga Kemahasiswaan.
Konteks perubahan sosioal-budaya-politik dan format gerakan mahasiswa berdampak pada:
1. Terciptanya interaksi antar mahasiswa dan dosen lebih kritis dan terbuka. Mahasiswa menjadi semakin kritis di kampus.
2. Bentuk-bentuk organisasi mahasiswa yang dikembangkan saat ini sangat dipengaruhi oleh format gerakan mahasiswa dan keterkaitannya dengan jaringan-jaringan mahasiswa lintas-kampus. Hubungan struktur organisasi formal memiliki corak yang semakin beragam, mulai hubungan kooptatif, hubungan sebagai mitra yang sejajar, hubungan sebagai mitra kritis, hingga hubungan sebagai oposisi.
3. Semakin beragamnya ekspresi minat-bakat dan kebutuhan pengembangan potensi mahasiswa.
4. Terjadinya penguatan tuntutan untuk berekspresi dan menyetakan concern sosial mahasiswa terhadap masalah-masalah masyarakat dan persoalan di kampus. Gejala ini adalah implikasi dari akses informasi yang semakin terbuka.
Peran GMKI dalam Perguruan Tinggi
Berbagai dampak yang muncul dari sejumlah persoalan dari peta kebutuhan dan harapan mahasiswa, maka GMKI juga harus mampu menjadi inisiator dan sekaligus mediator untuk menggagasi ide-ide perubahan sebagai bentuk peran kreatif bagi perguruan tinggi. Hal ini perlu ditekankan mengingat bahwa GMKI adalah bagian penting dan mendasar dalam perguruan tinggi. Sehingga harus ada keseimbangan antara harapan yang ingin dicapai mahasiswa dengan peran yang dapat mendorong tercapainya harapan tersebut.
Dengan demikian, perlu segera diupayakan peran kreatif dan strategis organisasi guna menjawab problematika yang terdapat dalam perguruan tinggi, diantaranya:
A. Menggagasi suatu model hubungan mahasiswa dengan institusi perguruan tinggi, dimana mahasiswa (lembaga kemahasiswaan) dan dan pihak rektorat berada dalam hubungan mitra kritis yang sejajar dan otonom.
1. Pada satu sisi menjamin kebebasan mahasiswa dalam berekpresi yang kritis dan prinsipil; mengatur dan memimpin organisasinya sendiri, serta memiliki akses dalam pengambilan kebijakan kampus yang berhubungan langsung dengan eksistensi kemahasiswaan (proses belajar-mengajar) dan pengembangan potensi-minat-bakat mahasiswa.
2. Pada sisi lain mendorong dan menjamin terwujudnya menyelenggarakan pendidikan yang kreatif dan berkualitas guna tanggap terhadap tantangan era globalisasi.
B. Menggagasi lahirnya kelompok-kelompok pembelajar kreatif di setiap disiplin ilmu yang ada di perguruan tinggi. Membangun kesadaran dan harus belajar dalam arti yang paling dalam, yakni mengalami paradigm repentence (pertobatan paradigma). Belajar mendisiplinkan diri dengan waktu, mengubah mind set, paradigma hidup dengan sungguh-sungguh baik personal hingga menjadi sosio-budaya di organisasi.
C. Sebagai mediator dalam menjalin kerjasama (jaringan) dengan lembaga sosial masyarakat (LSM/NGO yang concern terhadap pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kelompok-kelompok lainnya), untuk menjadi fungsi kontrol terhadap pelaksanaan dan pengawasan pendidikan di perguruan tinggi. Diharapkan kerjasama tersebut dapat melahirkan kesepakatan (kontrak) bersama dalam mengawasi dan mendorong pelaksanaan peningkatan pendidikan di perguruan tinggi. Sebab, tanggungjawab pendidikan tidak hanya pada pemerintah saja, tetapi juga menjadi tanggungjawab masyarakatnya secara menyeluruh.
Peran konstruktif GMKI bagi perguruan tinggi tidak lahir dari struktur dan tersedianya segala sarana dan prasarana di dalam organiasasi, melainkan dimulai dari adanya kesadaran kritis dan motivasi yang kuat di dalam diri setiap kader GMKI untuk mau belajar mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki untuk menjadi lebih manusiawi dan tetap semangat untuk terus belajar.
Salam pembelajar.
No comments:
Post a Comment