Berita di salah satu media surat kabar menyebutkan bahwa, Indonesia menjadi salah satu negara dengan resiko kebutaan tinggi di dunia. Namun, sampai saat ini penanggulangan masalah kebutaan belum menjadi prioritas pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah (Kompas, kamis 23 Juni 2011). Tentu ini bukanlah kabar yang baik bagi masyarakat Indonesia, namun disisi lain informasi ini menjadi tantangan bagi pemerintah, khususnya masyarakat Indonesia agar senantiasa menjada pola hidup sehat, terlebih dalam menjaga kesehatan mata.
Tentunya hal ini menjadi keseriusan yang segera harus disikapi dalam tindakan pencegahan (preventif) dan juga disosialisaikan kepada masyarakat (promotif) seperti yang ditegaskan oleh Tjahjono Darminto Gondhowiarjo sebagai dokter spesialis mata yang menyatakan bahwa penyebab besar kebutaan di Indonesia adalah kebutaan katarak (52 persen). Paparan cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet serta kurangnya nutrisi menjadi pemicu. Kebutaan jenis ini bisa direhabilitasi lewat operasi. Artinya, angka kebutaan di Indonesia bisa ditekan jika para penderita katarak bisa dioperasi.
Namun, besarnya biaya operasi adalah masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu kerjasama pemerintah dan swasta untuk bersama-sama menurunkan angka kebutaan tersebut. Hal yang paling sederhana tentunya adalah dengan mengkampanyekan kesehatan mata kepada generasi muda bangsa Indonesia sejak dini secara terus-menerus dan berkelanjutan (sustainable).
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Sang Pemazmur, “Peliharalah aku seperti biji mata-Mu, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu (Mazmur 17:8).” Pemazmur menggunakan biji mata sebagai lambang yang mengingat kembali kasih dan perhatian Allah terhadap umat-Nya yang setia. “Biji mata" adalah metafora Ibrani yang menyatakan sesuatu yang sangat bernilai dan disayangi. Tentunya, mata sebagai bagian dari tubuh adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita, terlebih bagi Dia Sang Empunya hidup.
Tiada hal lebih yang dapat kita lakukan untuk mata kita selain memelihara dan merawatnya. Mari menjaga kesehatan mata kita, untuk hidup yang lebih berwarna dan penuh makna. Sebab, dari mata yang sehat kita juga bisa memberi arti, paling tidak melalui promosi kesehatan yang dapat kita berikan bagi sesama. Namun, kepedulian untuk berbagi bagi setiap orang yang mengalami kebutaan juga merupakan hal yang sangat mulia dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini.
Semoga motivasi yang kuat dan pelayanan kesehatan yang penuh kasih dan pengorbanan tetap menjadi dasar bagi seluruh lembaga pelayanan kesehatan, untuk mengatasi kebutaan di Indonesia. Selamat mempermuliakan hidup. Salam holistik
Tentunya hal ini menjadi keseriusan yang segera harus disikapi dalam tindakan pencegahan (preventif) dan juga disosialisaikan kepada masyarakat (promotif) seperti yang ditegaskan oleh Tjahjono Darminto Gondhowiarjo sebagai dokter spesialis mata yang menyatakan bahwa penyebab besar kebutaan di Indonesia adalah kebutaan katarak (52 persen). Paparan cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet serta kurangnya nutrisi menjadi pemicu. Kebutaan jenis ini bisa direhabilitasi lewat operasi. Artinya, angka kebutaan di Indonesia bisa ditekan jika para penderita katarak bisa dioperasi.
Namun, besarnya biaya operasi adalah masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu kerjasama pemerintah dan swasta untuk bersama-sama menurunkan angka kebutaan tersebut. Hal yang paling sederhana tentunya adalah dengan mengkampanyekan kesehatan mata kepada generasi muda bangsa Indonesia sejak dini secara terus-menerus dan berkelanjutan (sustainable).
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Sang Pemazmur, “Peliharalah aku seperti biji mata-Mu, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu (Mazmur 17:8).” Pemazmur menggunakan biji mata sebagai lambang yang mengingat kembali kasih dan perhatian Allah terhadap umat-Nya yang setia. “Biji mata" adalah metafora Ibrani yang menyatakan sesuatu yang sangat bernilai dan disayangi. Tentunya, mata sebagai bagian dari tubuh adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita, terlebih bagi Dia Sang Empunya hidup.
Tiada hal lebih yang dapat kita lakukan untuk mata kita selain memelihara dan merawatnya. Mari menjaga kesehatan mata kita, untuk hidup yang lebih berwarna dan penuh makna. Sebab, dari mata yang sehat kita juga bisa memberi arti, paling tidak melalui promosi kesehatan yang dapat kita berikan bagi sesama. Namun, kepedulian untuk berbagi bagi setiap orang yang mengalami kebutaan juga merupakan hal yang sangat mulia dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini.
No comments:
Post a Comment