Bacaan, Pengkotbah 3:16-22
“Aku melihat bahwa tidak
ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam pekerjaannya....”
(Ayat 22)
Di siang yang biasanya terik dan
panas, suara denyut alat monitoring membelah keheningan seisi ruangan yang
dingin. Kelap kelip lampu indikator berdetak tepat seiring detik jam dinding.
Sepi, sunyi, sendiri, begitulah yang tampak dirasakan tubuh yang terbaring
penuh dengan alat bantu. Tubuhnya dingin membujur seperti tidak bernafas,
tetapi nafas itu masih jelas terlihat di layar monitor dengan garis yang naik turun. Apakah ini tidak adil? Sementara
di luar sana sayup-sayup terdengar gelak tawa gadis seusianya. Tetapi dia,
dengan paras manisnya seperti bersabar saja melewati masa kritis sesaat setelah
pisau membelah kepalanya dalam operasi karena kecelakaan lalu lintas. Apakah ini
tidak adil? Sementara di pintu keluar tampak pasien lain tersenyum bahagia
karena kesehatannya sudah pulih dan boleh kembali pulang. Apakah ini tidak
adil? Sementara pasien lain penuh kehangatan dengan anggota keluarga yang
berkerumun memberi dukungan tetapi dia hanya sendiri, tidak tahu siapa dan di
mana keluarganya.
Pengkotbah memberikan kesaksian
tentang ketidakadilan di dalam hidup. Ayat 16 menjelaskan bahwa di mana saja
ada ketidakadilan. Di tempat pengadilan sekalipun, ada ketidakadilan. Bahkan di
tempat yang disebut tempatnya keadilan, tetap saja ada ketidakadilan. Tetapi di
ayat 17 Pengkotbah meyakini bahwa Allah itu akan datang untuk memberikan
keadilan, bagi siapa saja, dan apa saja situasinya, karena untuk segala hal dan
segala pekerjaan ada waktunya. Ya, ada kalanya situasi yang kita alami,
pekerjaan yang kita hadapi, membuat kita merasa ada yang tidak adil untuk kita.
Namun ayat 17 ini memberikan kekuatan bahwa Allah sendiri yang akan mengadili yang bisa kita pahami sebagai memberikan keadilan pada waktu yang
tepat atas ketidakadilan situasi yang kita alami.
Ayat ke 18 - 19 disampaikan bahwa
“Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: “Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa
mereka hanyalah binatang”...” Mungkin jika kita membaca ayat ini begitu
saja, bisa membuat kita kecil hati, apakah iya bahwa Allah ingin memperlihatkan bahwa anak-anak manusia
itu hanyalah binatang. Namun yang bisa kita pahami dari sisi ini adalah, bahwa
kita tidak berhak menuntut keadilan itu segera datang menghampiri kehidupan
kita. Siapakah kita yang berhak menuntut Allah untuk segera menunjukkan
keadilan yang kita harapkan. Kita sedang diajarkan untuk bersikap rendah hati
atas situasi yang sedang tidak berpihak di dalam kehidupan kita.
Memang cara pengkotbah
menjelaskan terdengar cukup keras, namun sekeras itu pulalah kita berupaya
untuk mau memberi diri sungguh-sungguh memahami apa yang sedang Allah kehendaki
di balik situasi yang tidak berpihak bagi kita. Dari segala perasaan yang serba
tidak menyenangkan, yang salah satunya adalah situasi yang kita rasa tidak adil
didalam kehidupan kita, tetaplah ada pengharapan dan kekuatan. Ayat 22
disebutkan bahwa “....Tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada
bergembira dalam pekerjaannya.....”. Ya, BERGEMBIRA adalah sikap untuk melawan
rasa ketidakadilan yang sedang melanda kehidupan kita. Bergembira mengerjakan
apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita.
Demikian juga ketika kita
menghadapi situasi di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) tempat kita bekerja.
Sebagai dokter, perawat, petugas kebersihan, petugas radiologi, petugas apotek,
semuanya mungkin pernah merasa ada ketidak-adilan dalam situasi bekerja. Namun,
apakah keadaan yang tidak adil ini akan menghentikan langkah kita untuk tetap
bergembira dalam melakukan pekerjaan kita? Semakin hari persaingan di dunia
kesehatan semakin meningkat. Ada begitu banyak Rumah Sakit berdiri dan siap
memberi pelayanan terbaik. Masyarakat semakin mampu memilih manakah Rumah Sakit
yang dipercaya untuk menangani kesehatan mereka. Untuk tetap bertahan
memberikan pelayanan kesehatan, semakin tahun semakin banyak persyaratan yang
harus kita upayakan.
Kadang kala, kita juga merasa ada ketidak –adilan ketika
misalnya saja upaya kita untuk mengurus perijinan dan ketetapan lainnya
ternyata tidak memenuhi syarat. Mungkin kita merasa ada ketidakadilan saat kita
tidak mampu memenuhi pengadaan alat kesehatan yang memadai. Apakah dengan terus
menerus merasa bahwa situasi ini tidak adil akan mampu membawa UPK kita menjadi
kesaksian karya Allah bagi sesama? Apakah dengan terus menerus meratapi ketidakadilian
yang sedang menimpa hidup kita, maka kita mampu menunjukkan kasih Allah dari
dalam diri kita untuk sesama?
Sekarang, adalah saatnya untuk
bergembira mengerjakan tugas dan tanggungjawab kita, sebagai apa pun kita di
UPK yang kita kelola bersama. Kegembiraan kita hari ini akan mengawali saat di
mana Allah akan menunjukkan keadilan dan damai sejahtera di waktu yang tepat,
dan waktu itu adalah waktu Allah, waktu yang tidak bisa kita prediksi. Saat
kita merasakan ada ketidakadilan menimpa hidup kita, saat itulah kita bisa
memahami bahwa ada hal baik di balik situasi ketidakadilan yang kita rasakan [RH-Dee].
Tuhan Yesus, ketika ada ketidakadilan menimpa kehidupan kami,
mampukanlah kami menerima dengan kerendahan hati. Jangan biarkan kami larut
dalam keputusasaan, tapi mampukanlah kami bergembira melakukan pekerjaan kami
untuk sampai pada keadilan sesuai dengan waktu-Mu. Amin.
No comments:
Post a Comment