Tuesday, February 5, 2013

Semuanya Untuk Mereka



Bahan bacaan: Amsal 27:17-19
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (17)”

Sudah 3 tahun Ferdi menjadi penanggungjawab dalam program pengendalian malaria yang ada di Tentena, Poso, Sulawesi Tengah. Bermula sebagai relawan bencana bersama sebuah lembaga kemanusiaan di Palu, Ferdi kemudian mendapat kesempatan untuk mengecap pendidikan kesehatan di Akedemi Keperawatan yang ada di Palu. Setelah menyelesaikan studinya, Ferdi merasa terpanggil untuk kembali ke kampung halamannya, di Tentena, Poso. Ada tantangan besar yang harus ia kerjakan dalam upaya peningkatan derajad kesehatan masyarakat yang ada di Tentena.

Saya sangat tergugah dengan semangatnya yang menyala-nyala setiap melakukan program penyuluhan bagi warga, meskipun ia masih muda. Mulai dari mempersiapkan kader di setiap desa, berkoordinasi dengan tokoh atau pemerintah setempat, hingga harus turun ke kebun-kebun warga dalam melakukan penyuluhan dan memberikan kelambu sebagai tindakan preventif dan promotif. Semua dilakukan tanpa lelah, hingga masyarakat yang dilayani pun sangat mengenalnya sebagai “tukang kelambu”. Bersama dengan kader-kader malaria yang lain, Ferdi mencoba menjangkau setiap warga masyarakat maupun warga jemaat yang terkena demam berdarah.

Tentunya masih banyak juga petugas maupun pemerhati kesehatan seperti Ferdi yang berbuat bagi masyarakat – bersedia melakukan semua upaya dalam meningkatkan derajad kesehatan. Hal tersebut mengingatkan saya dengan refleksi yang pernah disampaikannya, bahwa jika tidak ada yang malakukan upaya tersebut, maka masyarakat Tentena tidak akan pernah menjadi semakin tahu bagaimana mencegah dan mengatasi demam berdarah. “Semua upaya yang kami lakukan adalah untuk mereka”. Ungkapan inilah yang senantiasa terlihat dari sikap Ferdi dalam setiap pelayanannya.

Demikian juga halnya apa yang diungkapkan sebagai khidmat dalam kita Amsal, bahwa besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Amsal 27: 17). Khidmat kitab Amsal mengajarkan bahwa, jika besi adalah bahan yang harus dipakai untuk menajamkan besi yang akan dibentuk, terlebih lagi manusia. Manusia adalah mahluk yang sempurna, dengan akal budi yang dimiliki tentunya membuat manusia menjadi berguna bagi kehidupan sesama. Proses penajaman pada besi bukanlah hal yang mudah. Demikian ju ga dengan manusia, Tuhan mengharapkan agar manusia dengan sesamanya jugalah yang saling menajamkan – saling membangun, saling mengajar, saling mengasah untuk bertumbuh dan berkembang bersama dalam segala hal.

Khidmat kitab Amsal sangat tegas mengatakan bahwa, “hormat akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina khidmat dan didikan (Amsal 1:7)”. Dalam hal ini, hanya dengan hormat akan Tuhanlah maka semua kepandaian, kebijaksanaan, etika dan sikap hidup akan ditambahkan. Sehingga dalam khidmat Tuhan itu jugalah kepandaian, kebijaksanaan, etika dan sikap hidup akan tercermin dan dipakai untuk kemuliaan Tuhan. Dengan kata lain, kepandaian, etika dan sikap hidup yang dimiliki setiap orang yang hormat akan Tuhan akan dirasakan sebagai berkat (sejahtera) bagi sesama dalam berbagai cara.

Pengalaman hidup Ferdi merupakan sebuah pembelajaran yang sangat berguna bagi semua pekerja dan pemerhati kesehatan. Sebag ai pekerja kesehatan Ferdi berusaha untuk tidak sekedar  tau dan melakukan tugas sebagai perawat. Namun, mengajar masyarakat di sekitarnya dalam proses pembelajaran; untuk tau dan sadar serta menjadi peduli terhadap kesehatan. Ferdi menyadari, bahwa hanya dengan mengajarkan apa dan bagaimana kesehatan pada masyarakat adalah cara yang terbaik untuk mempermuliakan hidup. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga rindu untuk mau berbagi, belajar bersama, saling mengasah, saling membangun untuk bertumbuh dan berkembang di dalam upaya peningkatan derajad kesehatan bersama masyarakat di sekitar kita?

“Belajar untuk saling menajamkan karakter tidak perlu menunggu, mengajarkan sesama untuk bertumbuh dalam karakter yang berkualitas dan berguna adalah proses mengasah hidup yang sesungguhnya”.Tetap semangat mempermuliakan hidup.

No comments:

Post a Comment