Bahan bacaan: Amsal 27:17-19
“Besi
menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (17)”
Sudah 3 tahun Ferdi menjadi penanggungjawab
dalam program pengendalian malaria yang ada di Tentena, Poso, Sulawesi Tengah. Bermula
sebagai relawan bencana bersama sebuah lembaga kemanusiaan di Palu, Ferdi
kemudian mendapat kesempatan untuk mengecap pendidikan kesehatan di Akedemi
Keperawatan yang ada di Palu. Setelah menyelesaikan studinya, Ferdi merasa terpanggil
untuk kembali ke kampung halamannya, di Tentena, Poso. Ada tantangan besar yang
harus ia kerjakan dalam upaya peningkatan derajad kesehatan masyarakat yang ada
di Tentena.
Saya sangat tergugah dengan semangatnya yang
menyala-nyala setiap melakukan program penyuluhan bagi warga, meskipun ia masih
muda. Mulai dari mempersiapkan kader di setiap desa, berkoordinasi dengan tokoh
atau pemerintah setempat, hingga harus turun ke kebun-kebun warga dalam melakukan
penyuluhan dan memberikan kelambu sebagai tindakan preventif dan promotif.
Semua dilakukan tanpa lelah, hingga masyarakat yang dilayani pun sangat
mengenalnya sebagai “tukang kelambu”. Bersama dengan kader-kader malaria yang
lain, Ferdi mencoba menjangkau setiap warga masyarakat maupun warga jemaat yang
terkena demam berdarah.
Tentunya masih banyak juga petugas maupun
pemerhati kesehatan seperti Ferdi yang berbuat bagi masyarakat – bersedia melakukan
semua upaya dalam meningkatkan derajad kesehatan. Hal tersebut mengingatkan
saya dengan refleksi yang pernah disampaikannya, bahwa jika tidak ada yang
malakukan upaya tersebut, maka masyarakat Tentena tidak akan pernah menjadi semakin
tahu bagaimana mencegah dan mengatasi demam berdarah. “Semua upaya yang kami
lakukan adalah untuk mereka”. Ungkapan inilah yang senantiasa terlihat dari
sikap Ferdi dalam setiap pelayanannya.
Demikian juga halnya apa yang diungkapkan sebagai
khidmat dalam kita Amsal, bahwa besi menajamkan besi, orang menajamkan
sesamanya (Amsal 27: 17). Khidmat kitab Amsal mengajarkan bahwa, jika besi
adalah bahan yang harus dipakai untuk menajamkan besi yang akan dibentuk,
terlebih lagi manusia. Manusia adalah mahluk yang sempurna, dengan akal budi
yang dimiliki tentunya membuat manusia menjadi berguna bagi kehidupan sesama.
Proses penajaman pada besi bukanlah hal yang mudah. Demikian ju ga dengan
manusia, Tuhan mengharapkan agar manusia dengan sesamanya jugalah yang saling
menajamkan – saling membangun, saling mengajar, saling mengasah untuk bertumbuh
dan berkembang bersama dalam segala hal.
Khidmat kitab Amsal sangat tegas mengatakan
bahwa, “hormat akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina khidmat dan didikan (Amsal 1:7)”. Dalam hal ini, hanya dengan hormat
akan Tuhanlah maka semua kepandaian, kebijaksanaan, etika dan sikap hidup akan
ditambahkan. Sehingga dalam khidmat Tuhan itu jugalah kepandaian,
kebijaksanaan, etika dan sikap hidup akan tercermin dan dipakai untuk kemuliaan
Tuhan. Dengan kata lain, kepandaian, etika dan sikap hidup yang dimiliki setiap
orang yang hormat akan Tuhan akan dirasakan sebagai berkat (sejahtera) bagi
sesama dalam berbagai cara.
Pengalaman hidup Ferdi merupakan sebuah
pembelajaran yang sangat berguna bagi semua pekerja dan pemerhati kesehatan. Sebag
ai pekerja kesehatan Ferdi berusaha untuk tidak sekedar tau dan melakukan tugas sebagai perawat.
Namun, mengajar masyarakat di sekitarnya dalam proses pembelajaran; untuk tau
dan sadar serta menjadi peduli terhadap kesehatan. Ferdi menyadari, bahwa hanya
dengan mengajarkan apa dan bagaimana kesehatan pada masyarakat adalah cara yang
terbaik untuk mempermuliakan hidup. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga
rindu untuk mau berbagi, belajar bersama, saling mengasah, saling membangun
untuk bertumbuh dan berkembang di dalam upaya peningkatan derajad kesehatan
bersama masyarakat di sekitar kita?
“Belajar untuk saling menajamkan karakter
tidak perlu menunggu, mengajarkan sesama untuk bertumbuh dalam karakter yang
berkualitas dan berguna adalah proses mengasah hidup yang sesungguhnya”.Tetap semangat mempermuliakan hidup.
No comments:
Post a Comment