Bahan khotbah ibadah malam 17 Nopember 2013
Ev. Galatia 2: 19-21
Pengantar
Benarkah
kita sudah selamat karena iman? Semudah itukah keselamatan di dalam iman? Jika kita
sudah percaya bahwa kita selamat karena iman, mengapa GKPI masih membacakan hukum
taurat dalam liturgy ibadah Minggu? Apakah hukum taurat itu masih berlaku
meskipun kita sudah selamat karena iman? Ini adalah berbagai pertanyaan yang
muncul di tengah-tengah jemaat yang sering disampaikan kepada saya. Pertanyaan yang
sangat sederhana tetapi sangat mendalam. Sebab tidak semua orang mampu bertanya
demikian dalam menggumuli imannya. Dan pertanyaan demikian adalah pertanyaan
yang sama diungkapkan dalam konteks jemaat di Galatia, ketika orang Kristen non
Yahudi berjumpa dengan orang Kristen Yahudi.
Kota
Galatia merupakan daerah perantauan dimana banyak berkembang kekristenan,
khususnya pada orang-orang non Yahudi. Di kota inilah terjadi perjumpaan ke-Kristenan
dari orang-orang Yahudi dan non Yahudi yang menimbulkan kebingungan dan konflik
di tengah-tengah jemaat. Dalam konteks ini orang Kristen Yahudi merasa seolah-olah
menjadi lebih sah dari orang-orang non Yahudi. Sikap tersebut muncul dalam berbagai
penekanan budaya, misalnya mengenai sunat dan hukum taurat. Dalam menghadapi
kebingungan dan ketegangan yang muncul di tengah-tengah jemaat tersebut, Paulus
kembali menegaskan suratnya kepada jemaat bahwa hanya di dalam iman kepada
Yesus Kristus-lah ia dapat menerima anugerah yang sudah dinyatakan dalam Yesus
Kristus dan bukan dengan melakukan hukum taurat.
Pembahasan
Pada
ayat 19 Paulus menegaskan bahwa kehidupan sebelumnya adalah didasarkan pada hukum
taurat dan ia sudah mati karena hukum tersebut. Akan tetapi sekarang ia kembali
hidup, tetapi bukan karena dirinya sendiri melainkan karena Kristus mengasihi
dan mau menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkannya. Sehingga Kristus-lah yang sesungguhnya
hidup di dalam hidupnya. Itulah bukti dari iman percaya Paulus; hanya dalam
iman kepada Kristus (ay. 20).
Kasih
karunia Allah itu jugalah yang menjadi kekuatan bagi Paulus untuk dapat
berkata-kata dan berbuat di dalam kasih kepada semua orang, baik orang Yahudi
maupun orang non Yahudi. Sekalipun ia juga mengalami pertentangan dari orang-orang
Yahudi sendiri. Namun, Paulus memperlihatkan keyakinannya kepada Kristus sebagai
kesaksian iman yang hidup di tengah-tengah orang Yahudi, bahwa karena
Kristuslah ia menjadi selamat dan dapat mengerti apa yang menjadi tujuan
hidupnya. Jadi, demikian halnya ketika seseorang mengetahui hal ini, ia pun
bebas untuk beriman kepada Yesus. Iman kepada Yesus memberinya hidup baru yang
didasarkan pada iman akan Kristus.
Sehingga
hukum taurat tidak lagi berkuasa atas hidup orang-orang yang sudah percaya kepada
Kristus, sebab di dalam hukum taurat tidak ada kebenaran dan keselamatan (ay.
21). Akan tetapi, kebenaran dan keselamatan hanya diperoleh melalui iman. Imanlah
yang menjadi kunci dalam menyingkap rahasia anugerah keselamatan yang diberikan
Tuhan di dalam Kristus bagi setiap orang percaya, bukan dengan melakukan hukum
taurat. Sehingga, dalam merespon anugerah tersebut Paulus pun semakin bergiat
dan bertekun serta tinggal di dalam Kristus untuk memberitakan kabar baik bagi
banyak orang.
Seperti
halnya Tuhan Yesus yang sudah menggenapi dan membahaui hukum taurat (band. Matius
5:17), Paulus juga telah menyadari dan menyimpulkan bahwa makna dari hukum taurat
adalah Kasih (Roma 13:9). Paulus juga mengatakan bahwa semua orang disambut ke
dalam Kerajaan Allah, tanpa memperhatikan apa yang mereka makan, pada hari apa
mereka beribadat, atau apakah disunat atau tidak. Ini bertentangan dengan
banyak peraturan yang didapati di dalam hukum taurat. Paulus menegaskan bahwa
orang diselamatkan oleh Kasih Allah yang dinyatakan dalam Yesus, bukan karena mengikuti
seperangkat peraturan (Roma 10:4; Gal. 5:1-6). Dalam hal ini Paulus juga
mengatakan bahwa hukum taurat bermanfaat sebab ia menunjukkan dosa kita (Roma
3:20; Gal. 3:19) dan memperlihatkan apa yang suci dan baik (Roma 7:12).
Menjawab
pertanyaan di atas, jelaskah bahwa kita sudah selamat karena iman percaya
kepada Allah yang sudah memberikan anugerah-Nya melalui Kristus, dan bukan
dengan melakukan hukum taurat. Akan tetapi hukum taurat masih perlu senantiasa
dibacakan dalam setiap liturgy ibadah Minggu hanyalah untuk mengingatkan dan
menunjukkan dosa-dosa yang senantiasa (cenderung) kita lakukan setiap hari,
karena kita masih ada di dunia ini. Sebab hukum taurat yang dibacakan itu bermanfaat
untuk menunjukkan dosa yang kita perbuat, dan kita menjadi tahu apa yang baik dan
suci jika kita sudah dibersihkan oleh Firman-Nya dan tinggal di dalam Dia
(Yohanes 15:1-8). Sehingga kita selamat karena iman percaya untuk hidup di
dalam kasih-Nya dan senantiasa mendengarkan pembacaan hukum taurat tersebut
sebagai pengingat akan tabiat keberdosaan kita.
Dengan
demikian Kristuslah yang menjadi dasar iman orang percaya. Sehingga iman itu
melingkupi tanggungjawab pribadi dengan Allah dalam Kristus. Sehingga, beriman
menjadi kunci bagi setiap orang Kristen untuk masuk dalam persekutuan-Nya yang
kudus. Mengacu kepada pandangan Paulus, W.Barcley juga mengartikan beriman
sebagai: 1. Kesetiaan kepada Kristus (Kol. 2:5; 2 Tes. 1:4; Fil. 2:17). 2. Percaya mutlak kepada Kristus (2 Tim. 1:2). 3. Kesediaan mengambil bagian dalam Kristus meskipun
dalam risiko (Ibrani 11:8). 4. Penyerahan kepada Allah, bahwa
beriman sesungguhnya percaya kepada janji Allah dan percaya bahwa apa yang
dikatakan Allah adalah benar. 5. Di dalam Kristus, yaitu percaya
secara mutlak bahwa Yesus adalah anak Allah (1 Yoh. 5:5) dan tinggal di dalam
Kristus (Yoh. 15: 1-8).
Renungan
Beriman
adalah mempertaruhkan hidup kita kepada Allah dan bergantung kepada-Nya
(penyembahan dan persembahan). Seperti halnya Abraham mempercayakan hidupnya
dan masa depannya kepada Allah yang memanggilnya. Abraham juga senantiasa mencari
persekutuan dengan Tuhan dan setia beribadah kepada-Nya, kemanapun dia pindah
dan dimanapun ia tinggal (Kej. 12-13). Beriman berarti berpegang teguh dan
hidup dalam firman Tuhan, penyerahan dan bergantung serta setia secara total
kepada Kristus. Orang yang mempunyai iman kepada Yesus tahu bahwa mereka
mempunyai hidup yang kekal (1 Yoh. 5:13).
Firman
Tuhan melalui Roh Kudus membimbing kita agar bertekun dalam iman atau tetap
percaya kepada Yesus (Kis. 14:22). Dalam hal ini Rasul Paulus juga turut
mempersaksikan imannya…hidupku yang
kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang
telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk (Gal. 2:20b). Tuhan
menginginkan agar kita bertumbuh dalam iman (2 Kor. 10:15) dan senantiasa
menguji diri sendiri (2 Kor. 13:5), bagaimana kita bersikap di dalam iman dan apakah
kita masih tegak berdiri di dalam iman? Apakah bukti kita sudah selamat karena
beriman?
Masihkah
kita hidup setia membaca firman-Nya senantiasa, percaya dengan semua
pengajaran-Nya untuk bersekutu dalam penyembahan dan bersedia mengambil bagian
dalam pelayanan yang diberikan kepada kita untuk bermisi, berserah dalam janji
yang diberikan-Nya dan tinggal di dalam Dia untuk senantiasa berbuah? Disinilah
kita kembali bermenung memaknai ke-beriman-an kita di dalam Dia, secara khusus
mempersiapkan hati kita memasuki masa Adven, masa penantian bagi kita akan
datangnya Sang Juru Selamat. Amen