Friday, November 15, 2013

Benarkah Kita Sudah Selamat Karena Beriman?

Bahan khotbah ibadah malam 17 Nopember 2013
Ev. Galatia 2: 19-21


Pengantar
Benarkah kita sudah selamat karena iman? Semudah itukah keselamatan di dalam iman? Jika kita sudah percaya bahwa kita selamat karena iman, mengapa GKPI masih membacakan hukum taurat dalam liturgy ibadah Minggu? Apakah hukum taurat itu masih berlaku meskipun kita sudah selamat karena iman? Ini adalah berbagai pertanyaan yang muncul di tengah-tengah jemaat yang sering disampaikan kepada saya. Pertanyaan yang sangat sederhana tetapi sangat mendalam. Sebab tidak semua orang mampu bertanya demikian dalam menggumuli imannya. Dan pertanyaan demikian adalah pertanyaan yang sama diungkapkan dalam konteks jemaat di Galatia, ketika orang Kristen non Yahudi berjumpa dengan orang Kristen Yahudi.   

Kota Galatia merupakan daerah perantauan dimana banyak berkembang kekristenan, khususnya pada orang-orang non Yahudi. Di kota inilah terjadi perjumpaan ke-Kristenan dari orang-orang Yahudi dan non Yahudi yang menimbulkan kebingungan dan konflik di tengah-tengah jemaat. Dalam konteks ini orang Kristen Yahudi merasa seolah-olah menjadi lebih sah dari orang-orang non Yahudi. Sikap tersebut muncul dalam berbagai penekanan budaya, misalnya mengenai sunat dan hukum taurat. Dalam menghadapi kebingungan dan ketegangan yang muncul di tengah-tengah jemaat tersebut, Paulus kembali menegaskan suratnya kepada jemaat bahwa hanya di dalam iman kepada Yesus Kristus-lah ia dapat menerima anugerah yang sudah dinyatakan dalam Yesus Kristus dan bukan dengan melakukan hukum taurat.

Pembahasan
Pada ayat 19 Paulus menegaskan bahwa kehidupan sebelumnya adalah didasarkan pada hukum taurat dan ia sudah mati karena hukum tersebut. Akan tetapi sekarang ia kembali hidup, tetapi bukan karena dirinya sendiri melainkan karena Kristus mengasihi dan mau menyerahkan diri-Nya untuk menyelamatkannya. Sehingga Kristus-lah yang sesungguhnya hidup di dalam hidupnya. Itulah bukti dari iman percaya Paulus; hanya dalam iman kepada Kristus (ay. 20).  

Kasih karunia Allah itu jugalah yang menjadi kekuatan bagi Paulus untuk dapat berkata-kata dan berbuat di dalam kasih kepada semua orang, baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi. Sekalipun ia juga mengalami pertentangan dari orang-orang Yahudi sendiri. Namun, Paulus memperlihatkan keyakinannya kepada Kristus sebagai kesaksian iman yang hidup di tengah-tengah orang Yahudi, bahwa karena Kristuslah ia menjadi selamat dan dapat mengerti apa yang menjadi tujuan hidupnya. Jadi, demikian halnya ketika seseorang mengetahui hal ini, ia pun bebas untuk beriman kepada Yesus. Iman kepada Yesus memberinya hidup baru yang didasarkan pada iman akan Kristus.  

Sehingga hukum taurat tidak lagi berkuasa atas hidup orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus, sebab di dalam hukum taurat tidak ada kebenaran dan keselamatan (ay. 21). Akan tetapi, kebenaran dan keselamatan hanya diperoleh melalui iman. Imanlah yang menjadi kunci dalam menyingkap rahasia anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan di dalam Kristus bagi setiap orang percaya, bukan dengan melakukan hukum taurat. Sehingga, dalam merespon anugerah tersebut Paulus pun semakin bergiat dan bertekun serta tinggal di dalam Kristus untuk memberitakan kabar baik bagi banyak orang.

Seperti halnya Tuhan Yesus yang sudah menggenapi dan membahaui hukum taurat (band. Matius 5:17), Paulus juga telah menyadari dan menyimpulkan bahwa makna dari hukum taurat adalah Kasih (Roma 13:9). Paulus juga mengatakan bahwa semua orang disambut ke dalam Kerajaan Allah, tanpa memperhatikan apa yang mereka makan, pada hari apa mereka beribadat, atau apakah disunat atau tidak. Ini bertentangan dengan banyak peraturan yang didapati di dalam hukum taurat. Paulus menegaskan bahwa orang diselamatkan oleh Kasih Allah yang dinyatakan dalam Yesus, bukan karena mengikuti seperangkat peraturan (Roma 10:4; Gal. 5:1-6). Dalam hal ini Paulus juga mengatakan bahwa hukum taurat bermanfaat sebab ia menunjukkan dosa kita (Roma 3:20; Gal. 3:19) dan memperlihatkan apa yang suci dan baik (Roma 7:12).

Menjawab pertanyaan di atas, jelaskah bahwa kita sudah selamat karena iman percaya kepada Allah yang sudah memberikan anugerah-Nya melalui Kristus, dan bukan dengan melakukan hukum taurat. Akan tetapi hukum taurat masih perlu senantiasa dibacakan dalam setiap liturgy ibadah Minggu hanyalah untuk mengingatkan dan menunjukkan dosa-dosa yang senantiasa (cenderung) kita lakukan setiap hari, karena kita masih ada di dunia ini. Sebab hukum taurat yang dibacakan itu bermanfaat untuk menunjukkan dosa yang kita perbuat, dan kita menjadi tahu apa yang baik dan suci jika kita sudah dibersihkan oleh Firman-Nya dan tinggal di dalam Dia (Yohanes 15:1-8). Sehingga kita selamat karena iman percaya untuk hidup di dalam kasih-Nya dan senantiasa mendengarkan pembacaan hukum taurat tersebut sebagai pengingat akan tabiat keberdosaan kita.       

Dengan demikian Kristuslah yang menjadi dasar iman orang percaya. Sehingga iman itu melingkupi tanggungjawab pribadi dengan Allah dalam Kristus. Sehingga, beriman menjadi kunci bagi setiap orang Kristen untuk masuk dalam persekutuan-Nya yang kudus. Mengacu kepada pandangan Paulus, W.Barcley juga mengartikan beriman sebagai: 1. Kesetiaan kepada Kristus (Kol. 2:5; 2 Tes. 1:4; Fil. 2:17). 2. Percaya mutlak kepada Kristus (2 Tim. 1:2). 3. Kesediaan mengambil bagian dalam Kristus meskipun dalam risiko (Ibrani 11:8). 4. Penyerahan kepada Allah, bahwa beriman sesungguhnya percaya kepada janji Allah dan percaya bahwa apa yang dikatakan Allah adalah benar. 5. Di dalam Kristus, yaitu percaya secara mutlak bahwa Yesus adalah anak Allah (1 Yoh. 5:5) dan tinggal di dalam Kristus (Yoh. 15: 1-8).   
         
Renungan  
Beriman adalah mempertaruhkan hidup kita kepada Allah dan bergantung kepada-Nya (penyembahan dan persembahan). Seperti halnya Abraham mempercayakan hidupnya dan masa depannya kepada Allah yang memanggilnya. Abraham juga senantiasa mencari persekutuan dengan Tuhan dan setia beribadah kepada-Nya, kemanapun dia pindah dan dimanapun ia tinggal (Kej. 12-13). Beriman berarti berpegang teguh dan hidup dalam firman Tuhan, penyerahan dan bergantung serta setia secara total kepada Kristus. Orang yang mempunyai iman kepada Yesus tahu bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal (1 Yoh. 5:13).

Firman Tuhan melalui Roh Kudus membimbing kita agar bertekun dalam iman atau tetap percaya kepada Yesus (Kis. 14:22). Dalam hal ini Rasul Paulus juga turut mempersaksikan imannya…hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk (Gal. 2:20b). Tuhan menginginkan agar kita bertumbuh dalam iman (2 Kor. 10:15) dan senantiasa menguji diri sendiri (2 Kor. 13:5), bagaimana kita bersikap di dalam iman dan apakah kita masih tegak berdiri di dalam iman? Apakah bukti kita sudah selamat karena beriman?


Masihkah kita hidup setia membaca firman-Nya senantiasa, percaya dengan semua pengajaran-Nya untuk bersekutu dalam penyembahan dan bersedia mengambil bagian dalam pelayanan yang diberikan kepada kita untuk bermisi, berserah dalam janji yang diberikan-Nya dan tinggal di dalam Dia untuk senantiasa berbuah? Disinilah kita kembali bermenung memaknai ke-beriman-an kita di dalam Dia, secara khusus mempersiapkan hati kita memasuki masa Adven, masa penantian bagi kita akan datangnya Sang Juru Selamat. Amen     

No comments:

Post a Comment