Bahan khotbah,
Minggu 10 Nopember 2013
Pengantar
Kota
Roma merupakan tujuan akhir Paulus dalam menyebarkan kabar baik tentang Yesus
di seluruh kekaisaran Roma. Tetapi Roma sudah diinjili dan memiliki jemaat yang
berkembang pesat. Banyak orang Kristen di Roma, mungkin sekali orang Yahudi,
dan Paulus menyadari beberapa dari mereka sudah dipengaruhi untuk melawan dia. Kota
Roma menjadi sangat penting dalam strategi penginjilan kekaisaran Roma. Dan
Paulus juga perlu menyatakan kembali Injilnya dalam suatu bentuk yang tidak
disalahtafsirkan, apakah oleh simpatisan ataupun lawan. Jadi Paulus memutuskan
untuk menyiapkan kunjungannya ke Roma dengan menulis sebuah surat kepada jemaat
disana, yang mengandung pernyataan yang disusun secara teratur tentang
kepercayaannya kepada Kristus (Jhon Drane, 2012, BPK-GM).
Pembahasan
Surat
Roma dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu pertama. bagaimana mengenal Allah. Dalam hal ini Paulus menekankan
sebuah gaya pembelaan dalam penginjilannya seperti yang sudah kita kenal dalam
Surat Galatia. Semua orang, baik orang Yahudi maupun bukan orang yahudi berada
di bawah kuasa dosa. Di luar Kristus, tidak ada jalan keluar untuk luput dari
dosa. Namun terbuka kemungkinan untuk menerima “kebenaran Allah”, yakni
pembebasan dari Allah sendiri. Hal ini hanya dapat diperoleh melalui iman
kepada Kritus, dan bukan karena perbuatan baik (Rm. 3:21 – 4:25).
Kedua, mengenai Israel dan
keselamatan. Paulus sangat prihatin karena Israel menolak keselamatan yang
telah diuraikannya. Dalam hal ini Paulus menegaskan penolakan Allah terhadap
orang-orang Yahudi karena mereka telah memilih jalan “perbuatan” melalui hukum
taurat, daripada memilih jalan “iman”. Meskipun paulus masih yakin bahwa
penolakan Allah atas orang Yahudi bukanlah sesuatu yang final, sebab
ditengah-tengah ketidaksetiaan mereka masih ada sisa yang setia. Penolakan
orang Yahudi pada saat ini sebenarnya menjadi bagian dari rencana Allah agar orang-orang
dari semua bangsa akhirnya diselamatkan.
Ketiga, perilaku Kristen. Dalam hal
ini Paulus menulis tentang penerapan kebenaran Allah secara praktis dalam
kehidupan orang Kristen (Rm. 12-15); membahas hubungan orang Kristen dengan
jemaat, dan dengan orang lain (Rm. 12:19-21) dan dengan Negara (Rm. 13:1-10).
Paulus meringkaskan kewajiban orang Kristen secara keseluruhan dengan kata
kunci “Kasih”. Sehingga Paulus menandaskan bahwa standar perilaku etis (moral)
orang Kristen tidaklah dihasilkan melalui seperangkat peraturan yang dipaksakan
dari luar, melainkan oleh kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam diri orang
percaya. Hasil atau sikap yang tampak dari pekerjaan Roh Kudus adalah bukti
bahwa hukum kasih Allah dipelihara dalam perbuatan.
Maka
pada perikop ini ayat 17-18: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan;
lakukanlah apa yang baik bagi semua orang. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu
bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” hendak
menjelaskan bahwa sebagai pengikut Kristus, maka setiap orang percaya haruslah hidup
dalam kebenaran dan Kasih, sebagaimana Kristus hidup di tengah-tengah dunia
untuk semua orang. Sebab dahulu mereka adalah orang-orang yang jahat dan
berdosa, namun menjadi benar dan hidup karena Kasih Kristus telah mengampuni
dan menyelamatkan.
Dengan demikian, Kasih itu haruslah terlihat juga dalam
sikap setiap orang percaya di dalam kebeneran dan kasih Kristus. Meninggalkan serta
tidak melakukan lagi perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
mengenal Kasih Kristus – yaitu membalas kejahatan dengan kejahatan (dalam
berbagai bentuk). Sebaliknya, kejahatan haruslah dibalas dengan kebaikan, sama seperti
Kristus yang telah mengajarkan untuk mengasihi sesama bahkan musuh sekalipun (Mat.
5:4 ; Lukas 6:27, 35).
Sehingga
jika sikap hidup dalam Kasih dilakukan, maka apapaun konsekuensi kejahatan yang
berdampak kepada setiap orang percaya menjadi tanggungjawab Allah sendiri –
menjadi hak pembalasan-Nya (ay. 19) dan bukan hak orang-orang percaya. Paulus sanggup
melakukan pembelaan dan menunjukkan sikap kasih-Nya, demikianlah Paulus juga
mengingatkan jemaat di Roma agar tetap kuat dan tidak kalah terhadap kejahatan –
berbagai sikap destruktif – yang
terjadi di tengah-tengah mereka. Namun justru harus mengalahkan semua sikap-sikap
tersebut dengan perbuatan baik yang sudah mereka kenal dan percayai di dalam perbuatan
Kasih Kristus yang menjadi teladan di tengah-tengah hidup mereka.
Renungan
Banyak
bentuk kejahatan yang muncul di tengah-tengah aktifitas dan hidup keseharian
kita; baik di lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan
bermasyarakat. Tanpa kita sadari pengaruh lingkungan bisa saja membuat kita
ber-perilaku yang sama dalam menyikap segala yang terjadi. Mengantisipasi kondisi
tersebut, kita kembali diingatkan untuk tetap menjaga sikap dan kualitas hidup
orang-orang Kristen supaya tidak serupa dengan orang-orang yang belum mengenal
Kristus. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan adalah bukti sikap yang
semakin bertumbuh dan semakin kuat dalam kasih kepada Tuhan dan bagi sesama (2
Tes. 1:3), semakin melimpah dalam kasih (Fil. 1:9 ; 1 Tes. 3:12), sehingga
mampu mengampuni dan memberi bagi orang lain.
Kita
harus terus-menerus melatih sikap hidup kita agar bertumbuh dan semakin dewasa
dalam kerohanian menuju kepada kesempurnaan Kristus. Tanda yang tampak pada
orang Kristen yang sudah bertumbuh dewasa adalah menghasilkan atau memberi buah
(Gal. 5:22-23) dan buah dalam pelayanan (Yoh. 4:36 ; Roma 1:13). Sehingga sikap
orang Kristen dewasa akan bersedia menerima tanggungjawab dalam pelayanan untuk
saling melayani; baik di dalam jemaat dan kepada semua orang (masyarakat). Contoh
sederhana yang bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari adalah sapaan dan
sentuhan yang penuh kasih dalam setiap interaksi kita di dalam keluarga, gereja
dan berjemaat.
Sikap
seperti itulah yang pertama kali tampak dan menjadi dasar dalam sikap yang
bertumbuh di dalam kebenaran dan kasih Kristus. Sudahkah tanda itu hidup dan
kita lakukan di tengah-tengah keluarga, jemaat dan lingkungan kita? Marilah kita
melakukannya, dengan demikianlah kita telah menunjukkan kebaikan dalam setiap
kasih yang memotivasi kita. Amen
No comments:
Post a Comment