Wednesday, November 6, 2013

KALAHKANLAH KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN (ROMA 12: 17-21)

Bahan khotbah, Minggu 10 Nopember 2013

Pengantar
Kota Roma merupakan tujuan akhir Paulus dalam menyebarkan kabar baik tentang Yesus di seluruh kekaisaran Roma. Tetapi Roma sudah diinjili dan memiliki jemaat yang berkembang pesat. Banyak orang Kristen di Roma, mungkin sekali orang Yahudi, dan Paulus menyadari beberapa dari mereka sudah dipengaruhi untuk melawan dia. Kota Roma menjadi sangat penting dalam strategi penginjilan kekaisaran Roma. Dan Paulus juga perlu menyatakan kembali Injilnya dalam suatu bentuk yang tidak disalahtafsirkan, apakah oleh simpatisan ataupun lawan. Jadi Paulus memutuskan untuk menyiapkan kunjungannya ke Roma dengan menulis sebuah surat kepada jemaat disana, yang mengandung pernyataan yang disusun secara teratur tentang kepercayaannya kepada Kristus (Jhon Drane, 2012, BPK-GM).    

Pembahasan
Surat Roma dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu pertama. bagaimana mengenal Allah. Dalam hal ini Paulus menekankan sebuah gaya pembelaan dalam penginjilannya seperti yang sudah kita kenal dalam Surat Galatia. Semua orang, baik orang Yahudi maupun bukan orang yahudi berada di bawah kuasa dosa. Di luar Kristus, tidak ada jalan keluar untuk luput dari dosa. Namun terbuka kemungkinan untuk menerima “kebenaran Allah”, yakni pembebasan dari Allah sendiri. Hal ini hanya dapat diperoleh melalui iman kepada Kritus, dan bukan karena perbuatan baik (Rm. 3:21 – 4:25).

Kedua, mengenai Israel dan keselamatan. Paulus sangat prihatin karena Israel menolak keselamatan yang telah diuraikannya. Dalam hal ini Paulus menegaskan penolakan Allah terhadap orang-orang Yahudi karena mereka telah memilih jalan “perbuatan” melalui hukum taurat, daripada memilih jalan “iman”. Meskipun paulus masih yakin bahwa penolakan Allah atas orang Yahudi bukanlah sesuatu yang final, sebab ditengah-tengah ketidaksetiaan mereka masih ada sisa yang setia. Penolakan orang Yahudi pada saat ini sebenarnya menjadi bagian dari rencana Allah agar orang-orang dari semua bangsa akhirnya diselamatkan.

Ketiga, perilaku Kristen. Dalam hal ini Paulus menulis tentang penerapan kebenaran Allah secara praktis dalam kehidupan orang Kristen (Rm. 12-15); membahas hubungan orang Kristen dengan jemaat, dan dengan orang lain (Rm. 12:19-21) dan dengan Negara (Rm. 13:1-10). Paulus meringkaskan kewajiban orang Kristen secara keseluruhan dengan kata kunci “Kasih”. Sehingga Paulus menandaskan bahwa standar perilaku etis (moral) orang Kristen tidaklah dihasilkan melalui seperangkat peraturan yang dipaksakan dari luar, melainkan oleh kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam diri orang percaya. Hasil atau sikap yang tampak dari pekerjaan Roh Kudus adalah bukti bahwa hukum kasih Allah dipelihara dalam perbuatan.

Maka pada perikop ini ayat 17-18: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” hendak menjelaskan bahwa sebagai pengikut Kristus, maka setiap orang percaya haruslah hidup dalam kebenaran dan Kasih, sebagaimana Kristus hidup di tengah-tengah dunia untuk semua orang. Sebab dahulu mereka adalah orang-orang yang jahat dan berdosa, namun menjadi benar dan hidup karena Kasih Kristus telah mengampuni dan menyelamatkan. 

Dengan demikian, Kasih itu haruslah terlihat juga dalam sikap setiap orang percaya di dalam kebeneran dan kasih Kristus. Meninggalkan serta tidak melakukan lagi perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Kasih Kristus – yaitu membalas kejahatan dengan kejahatan (dalam berbagai bentuk). Sebaliknya, kejahatan haruslah dibalas dengan kebaikan, sama seperti Kristus yang telah mengajarkan untuk mengasihi sesama bahkan musuh sekalipun (Mat. 5:4 ; Lukas 6:27, 35).

Sehingga jika sikap hidup dalam Kasih dilakukan, maka apapaun konsekuensi kejahatan yang berdampak kepada setiap orang percaya menjadi tanggungjawab Allah sendiri – menjadi hak pembalasan-Nya (ay. 19) dan bukan hak orang-orang percaya. Paulus sanggup melakukan pembelaan dan menunjukkan sikap kasih-Nya, demikianlah Paulus juga mengingatkan jemaat di Roma agar tetap kuat dan tidak kalah terhadap kejahatan – berbagai sikap destruktif – yang terjadi di tengah-tengah mereka. Namun justru harus mengalahkan semua sikap-sikap tersebut dengan perbuatan baik yang sudah mereka kenal dan percayai di dalam perbuatan Kasih Kristus yang menjadi teladan di tengah-tengah hidup mereka.
  
Renungan
Banyak bentuk kejahatan yang muncul di tengah-tengah aktifitas dan hidup keseharian kita; baik di lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan bermasyarakat. Tanpa kita sadari pengaruh lingkungan bisa saja membuat kita ber-perilaku yang sama dalam menyikap segala yang terjadi. Mengantisipasi kondisi tersebut, kita kembali diingatkan untuk tetap menjaga sikap dan kualitas hidup orang-orang Kristen supaya tidak serupa dengan orang-orang yang belum mengenal Kristus. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan adalah bukti sikap yang semakin bertumbuh dan semakin kuat dalam kasih kepada Tuhan dan bagi sesama (2 Tes. 1:3), semakin melimpah dalam kasih (Fil. 1:9 ; 1 Tes. 3:12), sehingga mampu mengampuni dan memberi bagi orang lain.

Kita harus terus-menerus melatih sikap hidup kita agar bertumbuh dan semakin dewasa dalam kerohanian menuju kepada kesempurnaan Kristus. Tanda yang tampak pada orang Kristen yang sudah bertumbuh dewasa adalah menghasilkan atau memberi buah (Gal. 5:22-23) dan buah dalam pelayanan (Yoh. 4:36 ; Roma 1:13). Sehingga sikap orang Kristen dewasa akan bersedia menerima tanggungjawab dalam pelayanan untuk saling melayani; baik di dalam jemaat dan kepada semua orang (masyarakat). Contoh sederhana yang bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari adalah sapaan dan sentuhan yang penuh kasih dalam setiap interaksi kita di dalam keluarga, gereja dan berjemaat.  

Sikap seperti itulah yang pertama kali tampak dan menjadi dasar dalam sikap yang bertumbuh di dalam kebenaran dan kasih Kristus. Sudahkah tanda itu hidup dan kita lakukan di tengah-tengah keluarga, jemaat dan lingkungan kita? Marilah kita melakukannya, dengan demikianlah kita telah menunjukkan kebaikan dalam setiap kasih yang memotivasi kita. Amen

     

No comments:

Post a Comment