Thursday, November 7, 2013

Berhikmat dan berbuat di dalam Kasih (Amsal 26: 17-28)

Pengantar
Kitab Amsal adalah kitab yang banyak memuat; menceritakan dan mengajarkan tentang hikmat. Semua hikmat diajarkan dan telah tertuang dalam bentuk-bentuk praktis, yang dijadikan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Seluruh pengajaran dalam kitab Amsal “firman Allah”. Pengajaran tersebut mengandung penyataan Allah, merupakan kesaksian tentang Allah dan kehendak-Nya. Seluruhnya mengandung nilai teologis yang sistematis, etis ataupun praktis. Sehingga seluruh pengajaran dalam kitab Amsal ini seluruhnya penting bukan hanya bagi orang Israel dulu, tetapi juga bagi orang Kristen pada zaman ini.

Oleh karena itu, semua orang Kristen perlu mempelajari kitab Amsal, baik orang muda maupun orang tua, yang kurang berpendidikan atau yang berpendidikan tinggi, yang berpengalaman atau tidak berpengalaman, bahkan para guru atau pengajar gereja. Dengan demikian pengajaran dalam kitab Amsal akan membawa seseorang kepada sikap hidup yang “takut akan Tuhan”, yaitu sikap hidup yang dibutuhkan di tengah- tengah merosotnya moral yang umumnya terjadi di dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bahkan mungkin saja di tengah-tengah keluarga kita.

Pembahasan
Pada perikop ini, sangat jelas diperlihatkan seperti apa sikap (perbuatan) orang yang tidak berhikmat (tidak takut akan Tuhan) dengan sikap yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang takut akan Tuhan. Oleh karena itu penulis kitab Amsal hendak memperlihatkan secara kontras dan tajam antara akibat mencari dan menemukan hikmat dengan akibat mengejar kehidupan yang bodoh (Amsal 1:7). Bagaimana kehidupan yang bodoh yang digambarkan dalam kitab Amsal ini?

Pada ayat 17-28 sangat jelas dikatakan, kehidupan orang bodoh adalah kehidupan yang terlihat pada para pemfitnah (yang suka memfitnah dan melukai hati), yang suka berbantah dan bertengkar, orang yang berbibir manis dengan hati jahat (penuh tipu daya), orang yang suka menyimpan kebencian dan tipu daya, serta bermulut licin yang mendatangkan kehancuran. Semua sikap (perbuatan) tersebut adalah kejahatan yang tidak disukai oleh Tuhan, sebab semua sikap tersebut akan membawa kehancuran bagi orang banyak. Itulah sikap kebodohan yang tidak disukai Tuhan ada pada umat-Nya.  

Oleh karena itu penulis Kitab Amsal kembali menegaskan peringatannya, agar umat Tuhan tidak bersikap (berbuat) hal yang demikian. Karena semua perbuatan (sikap kebodohan) tersebut hanya akan mendatangkan pertengkaran, celaka dan kehancuran. Maka untuk dapat menghindar dan keluar dari kondisi seperti itu, penulis kitab Amsal mengajak semua umat Tuhan untuk kembali mencari hikmat Tuhan. Dikatan dalam Amsal 2:6, “Karena Tuhan-lah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.” Takut akan Tuhan adalah adalah langkah pertama dan elemen utama untuk mencapai kebaikan dalam kehidupan manusia.

Renungan

Dengan demikian, jelaslah bahwa Tuhan akan menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjaga jalan keadilan dan memelihara jalan orang yang setia sehingga akan mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik (Amsal 2:7-9). Jika umat Tuhan sudah mengerti tentang semua yang diajarkan, maka demikianlah umat Tuhan semakin berhikmat dan berbuat di dalam kasih-Nya. Tidak lagi hidup dalam perbuatan-perbuatan yang memperlihatkan kebodohan seperti orang fasik. Namun semakin berkarakter “takut akan Tuhan”. 

Takut akan Tuhan harus menjadi karakter moral orang Kristen, sehingga kita bukan saja orang-orang yang setia beribadah, tetapi kelakuan (sikap) kita juga harus sesuai dengan firman-Nya. Karakteristik moral inilah yang menjadi tanda bahwa orang-orang Kristen dapat berbuat baik mengalahkan kejahatan (sikap kebodohan) dengan berhikmat dan berbuat di dalam kasih-Nya. Amen   

(Bahan khotbah kebaktian lingkungan, minggu II Nopember 2013)

No comments:

Post a Comment