Pengantar
Kitab Amsal
adalah kitab yang banyak memuat; menceritakan dan mengajarkan tentang hikmat.
Semua hikmat diajarkan dan telah tertuang dalam bentuk-bentuk praktis, yang
dijadikan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Seluruh pengajaran dalam kitab
Amsal “firman Allah”. Pengajaran tersebut mengandung penyataan Allah, merupakan
kesaksian tentang Allah dan kehendak-Nya. Seluruhnya mengandung nilai teologis
yang sistematis, etis ataupun praktis. Sehingga seluruh pengajaran dalam kitab
Amsal ini seluruhnya penting bukan hanya bagi orang Israel dulu, tetapi juga
bagi orang Kristen pada zaman ini.
Oleh karena itu,
semua orang Kristen perlu mempelajari kitab Amsal, baik orang muda maupun orang
tua, yang kurang berpendidikan atau yang berpendidikan tinggi, yang
berpengalaman atau tidak berpengalaman, bahkan para guru atau pengajar gereja.
Dengan demikian pengajaran dalam kitab Amsal akan membawa seseorang kepada
sikap hidup yang “takut akan Tuhan”, yaitu sikap hidup yang dibutuhkan di
tengah- tengah merosotnya moral yang umumnya terjadi di dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, bahkan mungkin saja di tengah-tengah keluarga kita.
Pembahasan
Pada perikop
ini, sangat jelas diperlihatkan seperti apa sikap (perbuatan) orang yang tidak
berhikmat (tidak takut akan Tuhan) dengan sikap yang seharusnya dilakukan oleh
orang-orang yang takut akan Tuhan. Oleh karena itu penulis kitab Amsal hendak
memperlihatkan secara kontras dan tajam antara akibat mencari dan menemukan
hikmat dengan akibat mengejar kehidupan yang bodoh (Amsal 1:7). Bagaimana
kehidupan yang bodoh yang digambarkan dalam kitab Amsal ini?
Pada ayat 17-28
sangat jelas dikatakan, kehidupan orang bodoh adalah kehidupan yang terlihat
pada para pemfitnah (yang suka memfitnah dan melukai hati), yang suka berbantah
dan bertengkar, orang yang berbibir manis dengan hati jahat (penuh tipu daya), orang
yang suka menyimpan kebencian dan tipu daya, serta bermulut licin yang
mendatangkan kehancuran. Semua sikap (perbuatan) tersebut adalah kejahatan yang
tidak disukai oleh Tuhan, sebab semua sikap tersebut akan membawa kehancuran
bagi orang banyak. Itulah sikap kebodohan yang tidak disukai Tuhan ada pada
umat-Nya.
Oleh karena itu penulis
Kitab Amsal kembali menegaskan peringatannya, agar umat Tuhan tidak bersikap
(berbuat) hal yang demikian. Karena semua perbuatan (sikap kebodohan) tersebut
hanya akan mendatangkan pertengkaran, celaka dan kehancuran. Maka untuk dapat
menghindar dan keluar dari kondisi seperti itu, penulis kitab Amsal mengajak
semua umat Tuhan untuk kembali mencari hikmat Tuhan. Dikatan dalam Amsal 2:6,
“Karena Tuhan-lah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan
kepandaian.” Takut akan Tuhan adalah adalah langkah pertama dan elemen utama
untuk mencapai kebaikan dalam kehidupan manusia.
Renungan
Dengan demikian,
jelaslah bahwa Tuhan akan menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur,
menjaga jalan keadilan dan memelihara jalan orang yang setia sehingga akan
mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang
baik (Amsal 2:7-9). Jika umat Tuhan sudah mengerti tentang semua yang
diajarkan, maka demikianlah umat Tuhan semakin berhikmat dan berbuat di dalam
kasih-Nya. Tidak lagi hidup dalam perbuatan-perbuatan yang memperlihatkan
kebodohan seperti orang fasik. Namun semakin berkarakter “takut akan Tuhan”.
Takut
akan Tuhan harus menjadi karakter moral orang Kristen, sehingga kita bukan saja
orang-orang yang setia beribadah, tetapi kelakuan (sikap) kita juga harus
sesuai dengan firman-Nya. Karakteristik moral inilah yang menjadi tanda bahwa
orang-orang Kristen dapat berbuat baik mengalahkan kejahatan (sikap kebodohan)
dengan berhikmat dan berbuat di dalam kasih-Nya. Amen
(Bahan khotbah kebaktian lingkungan, minggu II Nopember 2013)
No comments:
Post a Comment