Friday, November 15, 2013

Tinggal di dalam Yesus

Bahan khotbah Minggu 17 Nopember 2013
Ev. Yohanes 15:1-8

Pendahuluan
Ada beberapa ucapan Yesus dalam Injil Yohanes yang diungkapkan dalam perumpamaan, salah satunya adalah mengenai pokok anggur yang benar. Tentu, perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus tersebut bertujuan untuk menggambarkan hubungan Allah, Anak dan para murid berada dalam hubungan yang utuh dan terikat di dalam kasih-Nya. Dalam perumpamaan itu jugalah Yesus menggambarkan tentang Kerajaan Allah dan umat-Nya yang baru sekaligus memanggil setiap orang yang mengerti dan percaya untuk menerima kehendak-Nya.   

Pembahasan
Pada perikop ini (ay. 1-3) Yesus dengan jelas menggambarkan Kerajaan Allah yang dipimpin oleh seorang pengusaha. Allah sendiri adalah pengusaha yang mau mengusahakan semua hal menjadi baru, berguna dan menghasilkan – bahkan yang sudah tidak berguna sekalipun akan dipakai-Nya. Sehingga dalam gambaran itu, Allah sendirilah sebagai pokok anggur yang memerintah dan berkuasa, dan semua umat-Nya adalah ranting-ranting-Nya. Dalam hal ini Yesus memperlihatkan dengan kontras seperti apa yang akan terjadi pada semua ranting yang sudah dibersihkan dengan Firman-Nya, apakah akan berbuah atau tidak?

Yesus mengajak supaya kita tinggal di dalam Dia (ay. 4) dan Dia di dalam kita, supaya kita seperti ranting yang tinggal pada pokok anggur, menjadi ranting yang berbuah dan banyak. Dalam hal ini tinggal di dalam Dia adalah wujud dari sikap hidup yang bersekutu dengan Kristus (1 Kor. 1:9), dan Kristus di dalam Kita (Gal. 2:20). Sehingga jika kita tidak tinggal di dalam Dia, maka kita tidak akan berbuah dan tidak memperoleh apa-apa, selain dipotong dan dikumpulkan untuk dibakar (ay. 6).   

Sumber kehidupan ranting pohon anggur dan juga sumber dari daun dan buahnya, bukanlah dari dirinya sendiri, tetapi diperoleh dari pokoknya. Ranting itu mutlak bergantung kepada pokok anggur. Demikian jugalah kehidupan kita, Tuhan Yesus-lah sumbernya. Dia adalah sumber hidup bagi kita, oleh sebab itu kita mutlak bergantung padanya, hidup harus berpusat pada-Nya.

Berbuah menjadi janji dan jaminan yang akan diberikan Tuhan kepada setiap orang yang percaya. Tuhan berkenan memberikan jaminan (berbuah) di dalam firman-Nya kepada kita anak-anak-Nya (ay. 7). Tuhan juga setia dengan janji-Nya, dan Dia akan menggenapi apa yang difirmankan-Nya. Tentunya janji tersebut hanya dapat direspon dengan iman kita, bukan atas perasaan kita. Sebab kebenaran firman Tuhan tetap adanya, sedangkan perasaan kita dapat berubah-ubah seperti musim atau cuaca.

Demikain juga gereja, sesungguhnya hadir dalam setiap bentuk pelayanan Diakonia belumlah cukup dalam menyampaikan kasih. Namun gereja harus memperlihatkan dirinya dalam aspek Koinonia (persekutuan) dan aspek Marturia (bersaksi) disegenap kehadirannya di tengah-tengah dunia. Gereja tidak hanya menjadi misioner (ke luar) tetapi juga harus bertumbuh dan tinggal di dalam Dia. Bersekutu adalah aspek yang mulai ditinggalkan oleh gereja, sebab lebih mementingkan perbuatan karitatif (diakonia). Akan tetapi gereja harus menjadi misional (ke dalam dan ke luar). Dalam artian, segala bentuk keberadaan gereja, mulai dari persekutuan yang tampak dalam penyembahan di gereja dan seluruh pelayanan yang dilakukan.

Maka misi gereja atau atau gereja misional bukan hanya menunjuk kepada aktivitas misi, tetapi seluruh keberadaaan gereja adalah misi, termasuk persekutuan, pelayanan, kesaksian, organisasi dan SDM, dan relasinya dengan gereja yang Esa di dunia ini, dan dengan semua orang. Di dalam gereja yang misional itulah akan terlihat bahwa gereja tinggal di dalam Kristus. 

Gereja yang tinggal di dalam Kristus adalah gereja yang benar-benar berakar, bertumbuh dan berbuah banyak di dalam Kristus. Seperti halnya tema yang sudah dicanangkan oleh GKPI bahwa gereja harus kembali hidup dalam Penyembahan dan Persembahan. Persekutuan gereja harus diwujudkan dalam penyembahan; hidup bersekutu seperti jemaat mula-mula dan persembahan diwujudkan sebagai bukti hadirnya gereja dalam penyembahan. Sehingga penyembahan dan persembahan menjadi dasar bagi gereja untuk tinggal di dalam Kristus dan berbuah di dalam kasih yang sudah ditetapkan.  

Renungan
Segala kekayaan rohani yang Allah berkenan untuk anugerahkan kepada kita, hanya terdapat dalam Kristus. Karena dalam Kristus, Allah telah berkenan mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga (Ef. 1:3). Sehingga jika kita sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka marilah kita semakin mantap dan bertumbuh, dan hubungan kepadanya haruslah semakin erat tinggal di dalam Dia. Dalam hal ini hendaklah kita hidup tetap di dalam Dia; berakar di dalam Dia; terus dibangun di dalam Dia (bertumbuh).

Tinggal di dalam Dia adalah sebuah pilihan dan sikap hidup yang berakar di dalam kerohanian. Oleh sebab itu, implikasi yang tampak adalah hubungan dengan Allah dan sesama anak Tuhan (jemaat) untuk menghasilkan pertumbuhan rohani. Melalui keterlibatan kita dalam persekutuan, pelayanan dan melalui partisipasi kita mendukung pekerjaan Tuhan-lah kita akan bertumbuh, karena hal itu merupakan latihan rohani bagi kita.

Dengan demikian, jemaat yang terpanggil untuk mau tinggal di dalam Kristus akan mewujudkan iman percayanya melalui persekutuan, pelayanan (dalam setiap kategorial), kesaksian, dan hidup berelasi dengan semua orang dan segala mahluk. Anggota jemaat yang hanya jadi penonton, manja dan egois tidak akan bertumbuh dan berbuah hidup rohaninya. Panggilan kepada setiap orang percaya untuk tinggal di dalam Dia adalah panggilan imamat yang rajani (1 Petrus 2:9) dan untuk mendayakan karunia-karunia rohani yang Tuhan berikan kepada masing-masing anggota (1Kor. 12). Jemaat yang tinggal di dalam Dia haruslah semakin banyak terlibat dalam pelayanan, sebab dengan demikilah kita diajak untuk memahami akan bagaimana mempermuliakan Tuhan. Amen    


No comments:

Post a Comment